Setiap orang pasti ingin tinggal di rumah idaman yang kekinian dan nyaman. Untuk memiliki rumah idaman seperti itu kita harus memikirkan beberapa hal, mulai dari ketersediaan lahan yang terbatas hingga menyesuaikan rumah dengan kondisi iklim yang mulai berubah.
Baru-baru ini dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta, Wafirul Aqli, ST., M.Sc. dan Yeptadian Sari, S.T., M.T. yang tergabung dalam Klinik Arsitektur FT UMJ memberikan tips merancang bangunan dengan konsep arsitektur hijau. Tips ini diberikan saat konsultasi gratis yang diadakan Klinik Arsitektur dalam gelaran Hari Bermuhammadiyah 5 di Auditorium KH Azhar Basyir, Gedung Cendekia Center UMJ, Senin (08/05/2023).
Kedua arsitek ini merekomendasikan konsep arsitektur hijau karena desain rumahnya dapat mengupayakan pengurangan emisi karbon penyebab pemanasan global, namun tentu saja tetap memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Konsep arsitektur hijau bertujuan agar penghuni bangunan dapat menggunakan energi dengan bijak dan efisien.
Yepta dan Aqli menuturkan bahwa penyumbang emisi karbon terbesar adalah bangunan dan rumah tinggal. “Sebuah penelitian menyebutkan angka persis emisi karbon yang disumbangkan bangunan dan rumah tinggal sebesar 39%,” ungkap Aqli.
Yepta menambahkan bahwa besarnya angka tersebut berasal dari aktivitas rumah yang banyak menggunakan listrik dan air. “Misalnya kita mencuci dan menyetrika baju, menggunakan AC dan kipas angin. Itu semua pakai listrik. Masih banyak sampah yang menghasilkan karbon, ditambah tidak ada perlakuan tepat dalam mengelola sampah,” tambah Yepta.
Oleh karenanya kedua dosen yang ahli dan profesional di bidang arsitektur hijau ini membagikan tips untuk membuat rancangan bangunan maupun rumah tinggal idaman yang ramah lingkungan. Berikut beberapa tips yang dapat dijadikan rujukan.
Pertama, memaksimalkan bukaan jendela terutama di ruangan yang intens digunakan oleh penghuni untuk beraktivitas. Ruangan yang selalu digunakan seperti kamar tidur dan ruang keluarga perlu dibuat bukaan selebar mungkin. Hal itu dilakukan agar ruangan mendapat penghawaan dan pencahayaan yang cukup baik untuk mengurangi penggunaan alat pendingin ruangan dan lampu.
“Misalnya seperti kemarin pasca lebaran, kondisi lagi ekstrem panas. Maka dalam kondisi darurat, pendingin ruangan atau kipas angin boleh dipakai. Tapi kalau bukaan ruangannya sudah betul, ketika kondisi kembali normal kita tinggal mengandalkan sirkulasi alamiah saja,” ujar Aqli.
Kedua, memanfaatkan ruang untuk penghijauan. Sekecil apa pun lahan dapat dimanfaatkan untuk penghijauan. Kita dapat menanam tanaman hias atau tanaman produktif yang dapat dimanfaatkan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan pangan, misalnya tanaman bumbu masak atau obat-obatan. Namun apabila tidak ada lahan berupa tanah, dinding dan atap bagian teras rumah dapat dimanfaatkan untuk ruang hijau dengan membuat taman gantung.
“Idealnya sesempit-sempitnya lahan, paling tidak kita sediakan 10% ruang terbuka untuk penghijauan. Apakah itu tanaman hias atau malah lebih bagus tanaman produktif yang bisa diambil manfaatnya sebagai bahan makanan atau obat,” ungkap Aqli.
Ketiga, menyesuaikan rancangan bangunan dengan iklim tempat tinggal. Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, Aqli menyarankan untuk membuat atap rumah dengan teritisan minimal 80cm hingga 100cm. Teritisan adalah atap tambahan yang berfungsi untuk pembayang dan elemen peneduh dari cuaca khususnya curah hujan dan panas.
“Banyak yang bercita-cita mau punya rumah kaya model Eropa, misalnya atapnya rata atau mediteranian. Mungkin di Eropa desain seperti itu cocok, tapi di sini kalau bisa melihat kesesuaian dengan iklim kita. Kaya kita pakai topi saja, wajah kita jadi ternaungi. Otomatis temperatur di dalam ruangan jadi lebih nyaman,” pungkas Aqli.
Keempat, menggunakan material yang wajar untuk area tropis. Misalnya menggunakan bata, bata merah, batako, atau bata ringan untuk dinding. Hindari penggunaan full clear glass atau kaca untuk mengurangi panas. Penggunaan kaca dapat memaksimalkan pencahayaan tapi di sisi lain panas juga akan masuk.
“Menggunakan dinding dengan material yang wajar seperti bata, bata merah, batako, atau bata ringan akan lebih nyaman karena temperatur yang masuk ke dalam rumah lebih rendah daripada di luar. Kita nyaman, tidak perlu menggunakan AC kecuali dalam keadaan darurat,” ungkap Yeptadian.
Kelima, memilih cat warna yang tenang dan lembut. Pemilihan warna sangat penting karena warna mempengaruhi hawa ruangan. Yeptadian menyarankan untuk memilih warna lembut dan calm (tenang), dan tidak menggunakan warna gelap.
Keenam, ubah pola pikir. Menurut Aqli, pola pikir yang beranggapan bahwa rumah bergaya Eropa dan minimalis Jepang atau Korea adalah gambaran rumah modern harus diubah. “Padahal kalau kita lihat, rumah lokal Indonesia tidak kalah. Secara estetika juga tidak ketinggalan jaman. Misalnya rumah panggung dengan kayu ukiran. Rumah lokal Indonesia itu sudah sesuai dengan kondisi maupun iklim,” ungkap Aqli.
Yepta kembali menegaskan bahwa untuk berkontribusi dalam mengurasi emisi karbon dapat dimulai dari rumah sendiri. Hal ini untuk mendukung dan bersama-sama mengupayakan misi Indonesia untuk mencapai zero carbon pada 2060 mendatang.
Itulah beberapa tips yang dapat digunakan untuk merancang bangunan rumah idaman yang ramah lingkungan dari dua dosen Prodi Arsitektur UMJ yang tergabung dalam Klinik Arsitektur FT UMJ.
Klinik Arsitektur FT UMJ membuka layanan konsultasi desain bangunan. Beberapa bangunan yang pernah didesain adalah rumah tinggal, bandara, rumah sakit, masjid, kampus, dll. Klinik arsitektur yang aktif melakukan program pengabdian masyarakat ini dinahkodai oleh Dedi Hantono, S.T, M.T, dosen FT UMJ yang merupakan satu-satunya arsitek tersertifikasi oleh Ikatan Arsitek Indonesia (sertifikasi terbaru).
Klinik Arsitektur FT UMJ selalu berupaya untuk menjalankan program pengabdian masyarakat setiap tahun. Program pengmas banyak dilakukan untuk mendesain fasilitas umum seperti masjid, sekolah, penataan pemukiman, maupun kerja sama dengan lembaga sosial dan perguruan tinggi lainnya.
Tidak hanya dalam negeri, program pengmas juga pernah dilakukan bersama perguruan tinggi di Argentina. Arsitektur FT UMJ membangun area bendungan di Argentina yang merupakan hasil kerja sama dengan Facultad de Arquitectura Y Urbanismo Universidad Nacional del Nordeste (UNNE) pada 2020.